Pendidikan menengah pertama (SMP/MTs) adalah jenjang krusial yang menjembatani pendidikan dasar dan lanjutan. Namun, di Indonesia, ketersediaan sekolah masih menjadi tantangan signifikan, terutama di luar wilayah perkotaan. Di kota, sekolah cenderung lebih padat dan mudah dijangkau, sementara di desa, siswa seringkali harus menempuh jarak jauh. Kondisi ini menciptakan hambatan nyata bagi akses pendidikan yang merata.
Di pusat-pusat kota, opsi pertama sangat beragam. Mulai dari SMP negeri, swasta, hingga madrasah tsanawiyah, semuanya tersedia dalam jumlah yang memadai dan lokasi yang relatif dekat dengan permukiman. Orang tua memiliki banyak pilihan untuk menyekolahkan anak-anak mereka, dan aksesibilitas menjadi lebih mudah.
Sebaliknya, di daerah pedesaan dan terpencil, pendidikan menengah pertama menjadi barang langka. Seringkali, satu-satunya SMP atau MTs melayani beberapa desa sekaligus, memaksa siswa untuk berjalan kaki atau menggunakan transportasi yang terbatas. Jarak yang jauh ini menjadi hambatan utama bagi anak-anak untuk melanjutkan pendidikan.
Dampak dari jarak tempuh yang jauh ini sangat nyata. Siswa rentan kelelahan, kurang konsentrasi di kelas, atau bahkan putus sekolah karena kesulitan akses dan biaya transportasi. Ini menghambat potensi mereka untuk berkembang dan meraih cita-cita pendidikan yang lebih tinggi.
Selain jarak, kualitas pendidikan menengah pertama di daerah terpencil juga seringkali memprihatinkan. Fasilitas yang minim, kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas, dan keterbatasan sarana belajar sering menjadi masalah. Kondisi ini memperparah kesenjangan dengan sekolah di perkotaan.
Pemerintah telah berupaya meningkatkan akses pendidikan menengah pertama melalui program pembangunan unit sekolah baru (USB) dan penambahan ruang kelas. Program pemerataan guru juga terus dilakukan, meskipun belum sepenuhnya mengatasi masalah distribusi tenaga pengajar yang berkualitas.
Pentingnya Pendidikan Menengah pertama yang mudah diakses harus terus disosialisasikan kepada masyarakat. Edukasi kepada orang tua di desa bahwa jenjang ini adalah fondasi penting untuk masa depan anak akan mendorong mereka untuk tetap menyekolahkan anak-anaknya meskipun ada tantangan.
Pemanfaatan asrama siswa atau bus sekolah dapat menjadi solusi adaptif di daerah yang sulit dijangkau. Inisiatif ini akan meringankan beban siswa dan orang tua terkait jarak tempuh, memastikan mereka dapat mengakses pendidikan menengah pertama secara lebih mudah dan aman.
Kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak swasta juga sangat penting. Dana desa dapat dialokasikan untuk transportasi siswa, sementara komunitas dapat bergotong royong menyediakan penginapan sederhana bagi siswa yang tinggal jauh. Ini adalah upaya kolektif yang esensial.